meista's. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

RSS
Container Icon

Si Ceria Bermuram durja #part 1

Memories on the 12th January 2013 

Cerita ini berawal sejak beberapa bulan yang lalu..
Ini cerita bukan tentang aku, tetapi tentang rekan kerjaku di kantor, hemmm
Sebenarnya tak ada niat membicarakan dia, hanya saja hatiku ikut trenyuh mendengar kisahnya meskipun baru sepenggal saja..  :(

Begini... Beberapa hari ini, bahkan sudah hampir sebulan lebih wajah salah seorang rekan kerjaku berlipat2 tak karuan, ibaratnya seperti pakaian yang uda lama tertimbun dalam tumpukan baju yang belum disetrika, kusuut nya ga karuan,,, *hiperbola dikit ga papa kan?:p*
Dia itu rekan kerja yang paling santaii yang pernah ku punya, yang paling bijak menyikapi masalah, bahkan dia sering jadi penasehat spiritual buatku dan rekan2 lainnya..
Dia,, yang menyikapi setiap masalah dengan simpel dan ga suka memperbesar bahkan mempersulit masalah itu tiba2 berubah seratus delapan puluh derajat,
Ini benar2 menggangguku, sungguh... ada apakah gerangan? Masalah sepelik apa yang dia alami hingga membuat wajah cerah cerianya menjadi begitu mendung berkabut? it's so pity of him,,, :s

Dan hari ini, masi terlihat wajah muram itu...
Aku kembali bertanya dalam hati, apakah seberat itu kawan? Apa ada yang bisa ku lakukan untuk meringankan bebanmu? Sedikit ada keraguan dalam hatiku untuk bertanya kepadanya, takut menyinggung perasaannya.. Tapi jiwaku bergejolak,, ini gak bisa dibiarkan kata hatiku, harus ada yang mengulurkan tangan menarik dia dari jurang masalah.. Ku rasa aku harus mencoba..

Siang itu, ketika jam kantor berakhir, Akhirnya aku pun menghampirinya,,  karena tak tahan melihatnya, ku beranikan lisanku untuk menyapanya, dengan pembawaanku yang cengengesan dan innocent ini, aku pun mulai bertanya kepadanya, "apa kabar kawan? Apa kau baik2 saja? Wajahmu mengatakan kalau kau sedang tak baik, adakah yang bisa ku lakukan untuk membantu membuatmu tersenyum seperti biasanya? Mendengar pertanyaanku, sontak dia kaget dan tersenyum getir, bahkan matanya mulai berkaca2, ada sejuta kata yang ingin dia ucapkan tp mulutnya seperti kelu, baginya sulit menceritakan semua dari awal karena begitu kompleksnya masalah yang dia hadapi.. Dia hanya terdiam cukup lama, pun denganku,, aku tunggu jawaban dia, sampai akhirnya dia menghela nafas dalam2 kemudian mulai bercerita..

Begini, hemm,, harus darimana aku mulai bercerita? Oke,, ini masalah tentang hidupku, masa depanku,,
Seperti yang kamu ketahui, aku hanya bisa bercerita dengan orang2 tertentu, bahkan dengan kekasihku pun aku sulit bercerita, sempat terfikirkan di benakku beberapa hari yang lalu untuk mendatangimu, berkunjung ke rumahmu untuk minta saran, untuk sekedar mengurangi bebanku, karena aku tak tahu lagi harus pergi ke siapa.. Tapi ku urungkan niatku, karena tentu kau tahu sendiri lah betapa pencemburunya kekasihku itu.. Sekarang bisakah kau luangkan waktumu barang sejenak untuk mendengar kisahku? *dengan tersenyum, aku pun mengangguk dan mulai mendengarkannya*

Ini masalah penyakit yang beberapa bulan ini di derita ayahku, tentu kau tahu berapa besar gaji pegawai rendahan seperti kita ini, buat nebus motor, sama hidup sehari2 aku sendiri aja ga cukup, ibuku pun hanya bekerja di warung, penghasilannya tak tentu, ayah jelas ga bisa kerja karena strooke yang dideritanya itu, bagaimana dengan kedua kakakku? Kakak pertamaku berada jauh di luar kota yang bahkan aku pun tak sanggup menghubunginya, sedang kakak keduaku baru saja membeli perabotan dan membangun rumah, bahkan dalam waktu dekat ini akan melakukan persalinan, tentu butuh biaya yang besar,,
"jadi ini masalah keuangan, ucapku.. "
Dia bilang, iya begitulah,, aku tak sanggup menanggung beban ini sendirian,, masalah pelik dalam keluargaku pun aku tak sanggup lagi memikirkannya, mulai dari hubungan ibu dan kakakku yang tak lagi harmonis, ibu bilang padaku kelak semua kebutuhan keluarga dibebabnkan padaku, lalu aku dapat uang itu darimana coba? Tapi aku yakin Tuhan gak tidur, pasti ada jalan nantinya.. *ku lihat matanya sudah mulai berkaca2,, :(

Lalu aku pun bertanya, "bagaimana dg kekasihmu? Tahukah dia dengan masalahmu?"

Kemudian dia meneruskan kisahnya,
Tentu kau tahu rencana pernikahanku dua bulan lagi kan? Ini jadi masalah kedua yang mengganggu pikiranku, di sisi lain aku butuh uang untuk pengobatan ayahku, tapi di sisi lain aku juga sudah mempersiapkan uang untuk biaya pernikahanku. Ibu bilang tak mungkin menggunakan uang pernikahanku untuk menebus pengobatan ayah, iya memang benar sampai detik ini pun aku masih berusaha mengurus dan menyelesaikan syarat administrasi untuk pernikahanku itu, rencana ini sudah dibuat bahkan sebelum ayah sakit, aku harus bagaimana? Ga ada jalan lain selain meneruskannya, ini menyangkut dua keluarga besar..
*aku hanya mengangguk dan tersenyum mendengar perkatannya, dalam keadaan seperti ini pun dia masih sempat memikirkan untuk tetap menikah, salut sama kegigihannya untuk menyenangkan kekasihnya.. :)*
Aku pun bertanya "Lalu, kalau begini ceritanya, apa tanggapan kekasihmu? Tentang ayah dan keuangan yang kamu alami saat ini?"

Dia bilang: Itu dia, sebenarnya sejak awal ayah sakit, dia jelas tahu keadaannya, tapi seakan-akan dia ga mau tahu, yang ada dia hanya menuntut ini itu,, makanya aku tak pernah nyaman untuk mendiskusikan masalah apapun dengannya, karena bukannya masalah akan teratasi tapi malah jadi runyam,, seringkali kalau aku mendapat masalah, aku akan cerita ke dia ketika masalah sudah terselesaikan. Karena aku sudah tak tahan, akhirnya aku cerita sama dia, baru separo cerita aja dia udah nangis, akhirnya aku urungkan niatku untuk melanjutkan ceritaku..
Yang membuatku semakin sedih itu, dia sempat bilang "apa pernikahan kita ga jadi aja?" dueeerrrrr,,, ahhhh.. hatiku terasa amat sakit ketika mendengarnya, kenapa malah jadi seperti ini?
Sekarang apa yang harus ku lakukan kawan? Aku tak tahu lagi harus bagaimana, harta yang ku punya saat ini hanya motor buntutku itu, pada akhirnya mungkin motorku itu akan ku jual untuk mencukupi kebutuhanku dan keluargaku,, ucapnya sambil bekaca2...

*Ikut berkaca2 mataku, kemudian aku bilang: jadi begitu ya? Kamu yang sabar,,,, ucapku sambil tersenyum dan berusaha menguatkan dia,, satu satu dulu kau selesaikan masalahmu, dari yang paling mendesak dahulu, kalau masalah uang, kau bisa mengandalkanku dan teman2 lainnya, meski sedikit setidaknya bisa meringankan, jangan malu buat ngomong kalau memang perlu bantuan, kita ini saudara, right?
Cobalah untuk ngomong lagi sama kekasihmu, mau gak mau pesta pernikahan kalian diundur, untuk dua bulan ke depan acaranya cukup ijab qobul aja bagaimana? Jadi resepsinya diundur nunggu kalau keuangan sudah stabil.. :)

Baru juga sampai situ percakapan kita, datanglah rekan kerjaku yang lain, mau ga mau sesi curhatnya dicukupkan dahulu, dan akhirnya kita pulang ke rumah masing2.. Jadi cerita masi menggantung belum ada akhirnya, hemm
Dalam hati, aku berdoa: Tuhan, jaga dan kuatkan sahabatku,, Lapangkan hatinya untuk menerima ujianMu, semoga benang merah masalah dia segera Kau tunjukkan,, Tabahkan dan Sabarkan dia menghadapi semua ini, amiin.. ^_^

Satu hal yang ku pelajari dari kasus rekanku itu adalah: semakin bertambah usia kita, semakin pelik masalah yang akan kita hadapi, masalah-masalah yang datang silih berganti ini lah yang nantinya akan mendewasakan kita, memang benar apa kata pepatah "semakin tinggi pohon, semakin kuat angin menerpa"
Artinya semakin tua usia kita, masalah yang kita hadapi semakin besar dan kompleks,, hemmm
Tua itu pasti, tetapi dewasa itu pilihan. Tingkat kedewasaan seseorang berbeda-beda karena masalah yang mereka hadapi juga berbeda. So, jangan menghakimi seseorang akan kedewasaannya, karena yang pasti Tuhan menciptakan manusia beragam dengan jalan dan masalah yang berbeda pula. Saranku, bijaksanalah menyikapi perbedaan kawan.. Setiap orang itu diciptakan special.. Ga perlu menyombongkan diri ataupun merendahkan diri, karena memang setiap manusia berbeda dg kemasan masing2,,,, oke!!! ^_^
 
See you Next Posting J


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar