meista's. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

RSS
Container Icon

Melepas Rindu Mendaki Gunung Ungaran 2050 Mdpl

Rasa rinduku kian tak terbendung, betapa besarnya keinginanku, kerinduanku menghirup segarnya aroma gunung, melepas setiap penat yang pernah ada. Setelah sekian lama, akhirnya ku putuskan untuk kembali ke gunung, kembali melakukan pendakian yang telah lama tak ku lakukan. Terakhir kali mendaki sekitar tahun 2009, Gn. Sumbing dan itupun ga sampe puncak.. hanya ngecamp saja, karena perjalanan yang ku lakukan bersama teman-temanku waktu itu sangat melelahkan dan menguras tenaga, touring dari purwodadi-semarang-ungaran-temanggung-wonosobo-temanggung-sumowono, no-semarang-purwodadi, rasa-rasanya sedikit memaksakan diri kalau kita mendaki.. T_T
Ini semua berawal dari keinginanku yang terlontar dua tahun terakhir. Ketika itu, aku pernah bilang kalau pingin sekali lagi naik gunung sebelum aku menikah dan mempunyai anak. Sepertinya sekarang lah saatnya, saat dimana aku diijinkan untuk kembali merasakan nafas terengah2 ketika mendaki, merangkak diatas bebatuan terjal, kaku nya kaki seusai mendaki, gosongnya muka terkena sinar matahari puncak gunung.. haha.. Segala puji hanya bagi Engkau Tuhan,, tanpa ijin-Mu, keinginanku ini akan sulit terwujud.

Bagai gayung bersambut, salah seorang sahabatku yang sudah ku anggap seperti kakak juga mempunyai keinginan yang sama untuk mendaki dalam waktu dekat.. *Hip Hip Horeeee :D* Kali ini sahabatku bilang ingin mendaki Gn. Ungaran, dimana jaraknya paling dekat dengan rumah kami. Perjalanan ini tanpa adanya rencana matang, semua insidental, haha kalau ga nekat ga berangkat si, nekat disertai tekat tentunya. Akhirnya kami berdua mengajak dua orang lagi sahabat kami yang belum pernah punya pengalaman ke gunung sama sekali.
Gunung Ungaran terletak di Selatan-Barat Daya kota Semarang, Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai tinggi 2.050 Mdpl. Bukan angka yang fantastis memang, tapi cukup menguras tenaga juga, karena walaupun jalur pendakiannya singkat, namun medannya itu lhoo,, berbatu, licin, dan sulit karena banyak pepohonan tumbang yang merintangi jalan. Rute pendakian gunung ungaran bisa ditempuh lewat dua jalur, yaitu jalur Mawar dari pasar Jimbaran dan jalur Medini lewat Boja Kendal, dimana kedua jalur tersebut akan bertemu di pertigaan kebun teh Peromasan, sebagian orang ada yang menyebutnya "Goa jepang". Jalur pulang pun bisa ditempuh dengan kembali ke jalur keberangkatan atau turun melewati Gedong Songo Bandungan, Ambarawa.

13 April 2013, sabtu sore pukul 3 aku dijemput salah seorang sahabatku, sebut saja ari. Selanjutnya kami menuju kediaman sahabatku yanti dimana salah seorang sahabatku telah menanti kami disana (wiji:red). Berangkat dari rumah yanti pukul 3 lebih 30 menit, kami mampir ke market untuk membeli bahan makanan kebutuhan kita buat mendaki. Setelah dirasa semua sudah siap, kami pun berangkat “cusss” ke ungaran pukul 4 sore. Perjalanan yang cukup panjang, kami sholat maghrib di POM bensin ungaran sekalian membeli matras di outlet pendakian di dekatnya. Setelah itu kami berempat melanjutkan perjalanan menuju ke kawasan bandungan melewati nggombel, dimana disepanjang jalan kami disuguhi pemandangan lampu kota semarang yang sangat indah. Ini menakjubkan, beruntung cuaca hari itu tidak hujan. Alhamdulillah.. ketika adzan isyak berkumandang, sampailah kita di kawasan wisata bandungan, sebelum masuk kawasan wisata sidomukti, kami berempat mengisi perut dahulu, selain perut kami yang sangat keroncongan, kami butuh energi untuk pendakian nanti.. ^^ Setelah kenyang, perjalanan kami lanjutkan menuju pos mawar. 

Dari Umbul Sidomukti, kami terus naik, sampai pada akhirnya ketemu pos pendakian pertama Gunung Ungaran, yaitu pos mawar. Di basecamp mawar malam ini ramai sekali, orang-orang yang akan mendaki mempersiapkan dirinya di sini, bahkan ada yang cuma camping, karena pemandangan dari sini indah dan cantik banget, lain waktu boleh juga nih coba camping ceria bersama teman-teman disini. Di basecamp Mawar ini ada penitipan sepeda motor dengan tarif Rp 2.000,00 per motor.
Perjalanan kami terhenti di Pos Mawar untuk rehat sebentar sebelum mulai mendaki sekaligus sholat isyak. Pemandangan dari sini cukup indah, lampu kota yang berderet dari ungaran sampai salatiga terlihat jelas dan mengagumkan. Seperti yang sudah ku ceritakan di awal, Jalur pendakian Gunung Ungaran bisa dibilang pendek, namun medannya susah. Kondisinya berbatu, jadi kami harus pintar pintar mencari pijakan, kadang juga harus melompat untuk melewati bebatuan berukuran jumbo. “wunggggg wunggg Grrroooo” Meyeramkan sekali suaranya. Suara tersebuat berasal dari daun pohon pinus yang bentuknya seperti bulu, dimana tiap kali tertiup angin suaranya semakin nyaring menyeramkan.

By the way, bagian yang menyenangkan dalam pendakian ini adalah kita melewati kebun teh Ungaran. Sebenarnya kalau mau jalan pintas mendaki bisa dari kebun teh Ungaran, karena di area tersebut, mobil masih bisa masuk dan melewati jalan ini. Cuman, karena kita sombong dan begaya sok-sokan jago hiking semua, jadi kita mengambil jalan susah. Hahaha.. Menuju kebun teh dari arah Umbul Sidomukti, treknya berkelok-kelok tanpa kemiringan sekalipun.

Dari awal kami berjalan, kami di temani bintang-bintang yang gemerlap di langit. Semakin malam bintang yang muncul semakin banyak, berkelip dan bermacam rasi bintang terbentuk (padahal ga banyak jenis rasi bintang yang ku tau.. Hahaha). Pemandangan indah di langit berpadu dengan kerlip lampu kota semarang di bawah sana, menjadi kontras dan komplit. Pemandangan indah ini menjadi pengobat letih yang lumayan mujarab untuk kami.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan kami pun memulai langkah kami untuk menyusuri jalan setapak dan memasuki kawasan hutan. Di sepanjang jalan kami menemukan  pipa-pipa paralon putih bergantungan, rupanya aliran air dari sumber mata air di atas sana. Sampailah kita di sebuah tempat dimana terdapat beton datar yang bisa dipakai untuk istirahat. “Maaf adik-adik, bolehkah saya nebeng senternya sampai puncak? Senter saya redup, maukah kalian jadi cahayaku?” Tiba-tiba terdengar suara seorang pria berbadan sedang dan lumayan tinggi. Remang-remang dan tak begitu jelas terlihat oleh pengihatanku karena memang aku berada di nomor 3 dari depan. Seorang pria yang kemudian kita panggil mas eko ini ramah, baik, banyak bicara, dan semua pembicaraannya itu sangat bermanfaat untuk kita. Tak jarang dia memberi kita semangat untuk tak menyerah sampai puncak.

Mas eko, yang setiap saat selalu menceritakan pengalamannya, ternyata beliau juga seorang pramuka sejati dari Sekolah Dasar sampai sekarang ketika dia berusia 28 tahun. Banyak kesamaan cerita mas eko dengan kami. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya dia menceritakan pengalamannya, seakan tidak merasakan lelah sedikitpun. Sungguh luar biasa, dia mengaku belum pernah mendaki ungaran siang hari, tetapi dai hafal betul detil tempat dan lokasi yang akan dan sedang kita lalui. Sampailah kita pada hantaran sungai, anginnya begitu dingin dan segar. Disini kita rehat sebentar, membasuh muka, tangan, dan kaki. Sedikit membuat tubuh kami segar. Suasana di skitar sungai itu agak horor menurutku. Tak lama kemudian, Pohon-pohon tinggi menambah pekat malam, karena menutupi cahaya langit. Memulai perjalanan langsung di sambut trek yang lumayan buat menghabiskan asupan makan malam tadi, bikin keringetan. Jalan lumayan mendaki tapi suasana hutan memberi semangat yang beda. Kami berjalan santai, tidak terlalu cepat. Sambil bersenda gurau yang lumayan buat penyegaran.
Keluar dari hutan, kebun kopi sudah menanti. Disana ada bak penampung air bersih dan kolam berukuran sekitar 8x15x1.5 meter yang bisa digunakan untuk berenang. Ternyata disana sudah ada 2 rombongan sedang mencuci kaki dan mengambil air untuk bekal perjalanan. Dapat dikatakan kolam ini adalah kolam renang tertinggi di Jawa Tengah dengan ketinggian diatas 1900 mdpl dengan bonus pemandangan hijau rimbun pohon dan atap birunya langit. Sampailah kita pada pertigaan jalan, mirip pertigaan jalan menuju ke peromasan. Perasaan ku mengatakan kalau jalur puncak adalah belok ke kiri, tapi entah kenapa mas eko bilang ingin menemani sebuah rombongan di depan. Ya sudah, akhirnya kita ikuti saran mas eko. Semakin lama berjalan, perasaanku semakin ga jelas, sepertinya kami tersesat.. T_T akhirnya aku berdoa sama Tuhan, “Duh Gusti.. beri kami petunjuk” selang beberapa detik, mas eko menyeru “adakah diantara teman2 yang tahu jalur ini ke puncak?” dan ternyata benar seperti dugaanku bahwa tak satupun diantara kami yang tahu. Jadi kita salah jalur, kita tersesat, dan kita balik arah. “Alhamdulillah.. akhirnya diberi petunjuk.. ^^”
Kita kembali arah, dan tibalah kita dipertigaan tadi, kemudian kami melanjutkan perjalanan. Semakin jauh treknya berkombinasi antara tanjakan yang melelahkan dan jalan datar yang menyenangkan hingga tibalah kami di perkebunan teh. Waaaaaah jadi berasa teawalk niii, tampak beberapa rumah penunggu perkebunan di pinggir jalan, dan tak jauh kemudian tibalah kami di pertigaan camp Promasan. Di sini kami mendirikan tenda dan beberapa dari kami tidur untuk mengumpulkan tenaga. ^_^
Jam setengah 4 dini hari, ketika embun jatuh membasahi dedaunan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.  Di penghujung kebun teh Ungaran ini kami langsung disergap tannjakan tanpa ampun dan dinding batu terjal menghadang, voila ini adalah medan yang paling bikin nangis setengah mati dengan hiking tingkat elevasi hampir 45-50 derajat, menembus hutan belantara melewati batang pohon yang melintang di tengah jalan. Jalannya emang bener cuman karena jarang dilewati jadi melewati jalan neraka dengan perasaan takut kalau tiba-tiba ada ular muncul senggol-senggol kaki.
Perjalanan belum selesai, setelah menebas hutan-hutan yang nggak karuan jelasnya seperti baru babat alas, sesi kedua adalah menaiki gunung curam dengan berisi batu-batu. Kami harus hati-hati mengingat kalau salah langkah mengakibatkan keruntuhan batu yang lebih gede atau jatuh ke bawah mengulang perjalanan lagi. Oh God, I can’t imagine T_T
Trek bebatuan seperti nggak ada habisnya, nggak ada bonus jalan datar, setiap satu puncak punggungan langsung menghadang dinding batuan baru. Kembali menapaki terjalnya bebatuan, ilalang semakin tinggi.
Waaaaah. Sesampainya di Puncak Gunung Ungaran aku langsung numpang eksis, ada yang mo foto numpang foto deh walaupun nggak kenal sama orangnya. Hahaha. Cukup lama juga kami menunggu sunrise muncul dari kandangnya. Tapi sayangnya, pagi ini langit berkabut, jadi sunrise nya tak terlihat. Hanya mega yang terlihat jelas. Sunrise di Puncak Gunung Ungaran sebenarnya sangat luar luar baisa. Pemandangan di sekeliling tanpa penghalang, di timur langit tampak merekah kemerahan, di selatan menyembul Gunung Merbabu, Merapi yang masih berselimut awan. Perkebunan teh Medini terlihat membentang. Waaah sungguh pemandangan indah yang sempurna ^_^
Walaupun matahari mulai mengintip di ufuk sana, tapi dinginnya angin di puncak gunung ini masih membuat badanku menggigil. Semakin pagi, suasana di puncak makin ramai, gaduh oleh suara orang-orang yang bersukaria berhasil tiba di puncak gunung Ungaran. Kami langsung melakukan ritual wajib yaitu foto di Puncak Gunung Ungaran. Puncak gunung Ungaran terdapat prasasti Benteng Raider, lengkap dengan topi khas nya, ada satu tiang bendera untuk upacara. Kami dipuncak Gunung Ungaran hanya sekejap, tidak baik juga berlama-lama dipuncak karena matahari sudah tidak bersahabat, Sinar UV mulai menjilat kening dan tengkuk leher. 20 menit kami rasa cukup untuk mengabadikan moment narsis dalam frame foto. Usai berfoto-foto, kita kembali bersiap untuk turun.  Karena hari semakin siang, maka kami bergegas bongkar tenda dan packing untuk kembali melanjutkan perjalanan turun.

Perjalananku kali ini membawaku pada banyak perenungan yang berkelebat silih berganti di kepalaku bersamaan dengan kakiku menjejak bebatuan dan tebing Ungaran. Medan menuju puncak yang lumayan berat, bebatuan yang besar dan jalanan yang licin membuat langkah satu satu dan tak jarang sering terpeleset ketika kaki mulai dijejakkan. Termotivasi oleh jarak pandang ke puncak yang sepertinya tak jauh lagi, namun tahu sendiri di gunung ketika melangkahkan kaki lima langkah saja sudah menguras tenaga sedemikian rupa, namun inilah kecintaanku pada perjalanan di gunung. Aku menikmatinya.. ^_^

setiap jalur yang mereka, aku, kamu pun lalui adalah sama,
pijakan yang kau pilih, adalah sepenuhnya hak dan tanggung jawabmu,
keseimbangan langkahmu adalah tugasmu untuk menjaganya,
ketika trekking pole harus ditancapkan dengan tepat untuk menjaga langkahmu,
semangat, ketekunan, keteguhan dan kesabaran menjadi kunci pencapaian kali ini.
Kata Hati

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar